Terasi yang Tertolak [Hidup di Negeri Orang - Pakistan (15)]

Dah lama ndak nulis notes.. Baru mulai menyemangati lagi mengaktifkan semua blog pribadi.. :D Chayoooooo!!!

Kisah ini merupakan kisah yang umum terjadi bagi orang Indonesia di luar negeri. Sebuah kisah yang sedih-sedih menggelikan dan menjadi pemicu senyum bagi yang mendengarnya. Sebuah kisah tentang.. Terasi yang Tertolak :D #ketawagulingguling#

Hal yang paling sulit terpisahkan bagi orang Indonesia di luar negeri, termasuk saya adalah: hidup tanpa terasi dan kecap. Dua hal tersebut termasuk diantara syarat survive di negeri orang (bagi saya :D). Akan tetapi, betapa sedih nasibmu, duhai Sang Terasi... image dirimu begitu tidak menarik dan tertolak.. bagi orang asing yang tidak memahami betapa berharganya dirimu.. :D

Kisah #1
Ketika ibu kami menemani selama recovery paska caesarian section Aqila 2012 lalu, ibu sempat memasak sambal terasi. Blower exhaust dapur kami aktifkan agar baunya tidak menyebar ke seluruh ruangan. Sebuah suara khas Islamabad mulai terdengar, kaaak, kaaak, kaaak... Seekor burung gagak terdengar terbang di sekitar atap rumah kami. Lama kelamaan, suaranya semakin banyak dan cukup mengganggu. Setelah beberapa lama, baru kami ngeuh, bahwa para gagak ini penasaran dengan bau sedap yang memanggil mereka... Inilah kekuatan Sang Terasi...

I-10/2 Islamabad 2012

Kisah #2
Sambal terasi itu sudah hampir jadi.. Terbayang sudah kenikmatan menyantapnya bersama tumisan bayam dan tempe. Supaya baunya tidak beredar di dalam rumah, kami buka semua akses udara yang memungkinkan, jendela-jendela dan pintu-pintu. Tetiba, sebuah ketukan terdengar. Ternyata tetangga Pakistani yang tinggal di portion atas rumah.
"Please, close your door, there is a pungent smell coming from your house.."
Well, kami hanya bisa meminta maaf..
Maafkan kami telah menyebarkan pungent smell itu ke rumahmu, ya..

I-10/2 Islamabad 2012

Kisah #3
Kalau yang ini cerita dari Kak Riri waktu beliau masih tinggal di I-10/1. Tetangga lantai atasnya juga Pakistani. Dan ketika Kak Riri dan Novi masak sambal terasi, tetangga lantai atasnya menegur via suaminya, "Please remove your shoes. It is smelly..." #ngakak#
Sang Terasi disamakan dengan bau wangi sepatu..

I-10/1 Islamabad 2011

Kisah #4
Ini bisa dibilang kisah paling fenomenal buat kami.
Teman Indonesia yang menikah dengan Pakistani dan tinggal di luar Islamabad, suatu hari, meminta kami untuk membelikan beberapa makanan yang bisa diakses di Islamabad, seperti kecap, tahu, dan tempe. Kemudian beliau meminta kami untuk menitipkannya ke adik iparnya (Pakistani) yang akan pergi ke rumahnya sore itu. Sang adik ipar menyempatkan untuk mengambil titipan pada pagi hari di rumah kami.

Malamnya, kami dikabari via sms bahwa titipannya sudah diterima. Akan tetapi, sebuah terasi (yang juga kami masukkan ke titipan) terbuka bungkusnya, yang ternyata dimakan oleh adik iparnya selama dalam perjalanan karena disangka permen... #ngakakgulingguling lagi#
"Dia sampai muntah-muntah," kata mbak A.

Well, setidaknya engkau naik kelas karena packaging yang kau miliki sekarang, duhai terasi.. :D
Dari bau sepatu ke fisik seperti permen.. Sebuah kemajuan..

G11/2 Islamabad 2011


Sejak semua kejadian tersebut, kami agak berhati-hati kalau memasak terasi. Sengaja dimasak diluar agar udaranya langsung menyebar, atau kalau memasak di dalam rumahpun, pintu-pintu diupayakan tertutup. Bukankah tetangga terdekat adalah yang paling berhak kita jaga perasaannya, apalagi karena sesama muslim.. :D

Begitulah kisah Sang Terasiku.. Bagaimana kisah Sang Terasimu?


Ahyani
Islamabad, 9 November 2016  

Comments