Sunday Bazaar [Hidup di Negeri Orang - Pakistan (7)]


Wihiiiyyy... akhirnya ketemu juga setelah upaya jari telunjuk yang luar biasa... Ini tulisan menarik dari pak Muladi Mughni di fb PPMI tentang Itwar (atau Atwar atau Etwar  atau Sunday) Bazaar di Islamabad. Supaya nggak usah capek-capek cerita soal Bazaar ini dan nggak repot nyari lagi di kemudian hari, maka segeralah kumasukkan ke notes hari ini.

So... Enjoy reading yaa...


Sumber: dari mana-mana via Google Image Search Engine
_____________________________________________________________
Etwar Bazaar;Pasar Murah Kualitas Oke Punya..!

Ada satu aktifitas yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang Indonesia di Pakistan, khususnya yang di Islamabad yaitu hunting barang-barang murah di Etwar Bazaar (Pasar Minggu). Namanya pasar minggu, persis seperti yang ada di Indonesia, tapi kalau soal harga, pasar minggu di Indonesia pasti lewat deh..alias yang di Etwar Bazar jauh lebih murah harganya. Sebetulnya pada hari Selasa dan Jum’at bazaar juga dibuka, tetapi ramainya pada hari Minggu, makanya ia lebih dikenal dengan pasar Minggu (Etwar Bazaar). Bukan hanya orang-orang Pakistan saja loh yang datang ke Etwar Bazaar ini, tapi orang-orang asing dari kalangan biasa maupun papan atas juga hoby blusukan ke lokasi pasar murah ini. Karena selain murah, pengaturan stand atau tempat-tempat komoditas di Etwar Bazaar sangat nyaman dan rapih sehingga pembeli mudah kalau mau langsung menuju ke sasaran huntingnya. 

Seperti di Etwar Bazaar di kawasan G-9 Islamabad, kalau kita masuk dari pintu utama, kita pasti akan berada di bagian sayur-mayur dan sejenisnya, setelah itu bagian buah-buahan dilanjutkan dengan makan-makanan dan di bagian tengah diisi dengan keperluan rumah tangga, seperti perabotan rumah tangga, sepatu sandal dan pakaian. Pokoknya teratur deh, setiap blok ada nomor dan tandanya. Jadi memudahkan pembeli yang baru pertama kali datang. Di ujung Etwar Bazaar sebelum arah pintu keluar, ada banyak berjajar toko karpet baik produksi Pakistan maupun luar negeri. Dan kalau yang suka dengan seafood, ikan, udang, juga ayam potong mereka bisa langsung menuju stand yang terpisah dari lokasi utama Etwar Bazaar yang hanya dipisah dengan seruas jalan parkiran mobil. Pangaturan pemisahaan ini dimaksudkan, supaya pembeli tidak terganggu dengan bau tidak sedap yang keluar dari pasar ikan dan sejenisnya. Pokoknya asyik banget deh, blusukan di Etwar Bazaar. Dan yang penting lagi, kita juga nggak perlu bawa uang banyak loh di kantong, yang secukupnya saja. 

Kawan saya Ozie, bisa dibilang tidak pernah absen setiap minggu ke Etwar Bazaar. Istilah Ozie sih, setiap minggu kantor pindah sementara, lupakan dulu urusan stempel-stempel dan ketak-ketik di komputer, menghirup hawa kebebasan di ramainya para pemburu barang berkualitas dengan harga yang super doyong, bukan miring lagey... Hem, bayangkan, kalau harga satu jaket bermerk di pasaran bisa mencapai Rp. 600 ribu, di Etwaar Bazaar ini bisa dibeli dengan harga Rp. 50 ribu. Kebayang nggak tuh murahnya. Di lemari Ozie sendiri sudah tidak terhitung berapa banyak sudah barang-barang kelas wahid yang dikoleksinya. Dari tas bermerek Bottega, Burberry, Chanel, Chloe, Coach, Gucci, Dolce & Gabbana, sepatu kulit Ecco, Timberland, Hush Puppies, sepatu golf FootJoy, Ecco, Nike, Adidas, Callaway, Etonic, mantel bermerek Dainesse, dan lain-lain terpajang rapih di ruas tembok kamar tidurnya. Rata-rata memang barang yang disediakan di Etwar Bazaar ini, adalah barang second hand atau produk gagal yang dibilang masih sangat layak pakai. Tapi biasanya, kalau kita membeli jaket atau jas, karena areanya yang terbuka sangat mungkin jaket dan jas tersebut terkena debu, maka kita harus lebih dulu melaundry supaya lebih bersih dan enak dipakai. Tapi sekiranya jas dan jaket itu kita cuci sendiri, tentu akan lebih baik lagi, karena kalau dilaundry, ongkos laundrynya bisa lebih mahal dari pada harga belinya. Wah, jangan sampe tekor kan…! 

Para penjual seperti karpet, pakaian atau sepatu telah lebih dulu mencuci atau menggosok bersih barang-barang yang dipasarkan, jadi masih kelihatan seperti baru. Asal pintar-pintar milih saja, resep ke bazaar ini adalah fokus dan teliti serta tidak dikejar-kejar waktu. Waktu 2 jam rasanya belum cukup untuk menemukan barang-barang unik dan bagus, jadi benar-benar harus blusukan lah istilahnya- Bagi Ozie, untuk bisa tampil necis dan alay, nggak perlu banyak modal di Pakistan, cukup pergi ke Etwar Bazaar dijamin penampilan nggak jauh beda deh sama artis-artis sinetron. Itu kalau mau dilihat dari sisi penampilan, tapi kalau soal tampang wajah, itu sih relatif.., tergantung melihatnya dari sudut mana dulu, heheheheheeee….Dan terkadang, dalam satu acara kumpul-kumpul informal, kita suka bilang ke teman, “eh..jaket loh bagus banget tau …warna ama ukurannya pas banget sama loh…”,. Kalau yang sudah akrab, biasanya tidak gengsi lagi untuk bilang, “eh tau nggak si loh…ini kan gue beli di bazaar tau,” sambil mesem dan menunjukkan sikap ketegasan diri. Terus karena sudah ngaku, yang bertanya paling sering ngeresponnya lebih antusias lagi, “eh sama tau..jaket gue juga dari bazaar..coba deh lo tegesin…keren khan..?.”. 

Sebetulnya Etwar Bazaar ini merupakan program pasar murah yang dilakukan oleh pemerintah Pakistan, guna menyediakan keperluan-keperluan dasar masyarakat dengan harga yang miring dan bisa dikontrol oleh pemerintah. Bagi yang benar-benar niat ngeborong barang, dan dipastikan banyak belanjaan, di Etwar Bazaar ini juga disediakan jasa tokrah, semacam kuli orang Pakistan yang membawa troli (seperti yang di swalayan-salayan) atau keranjang lebar yang diletakkan di kepalanya, dan mereka memakai seragam khusus untuk mudah dikenali (trompi merah dengan tulisan CDA/Capital Development Authority). Seberapa lama pun kita di bazaar, bisa minta jasa mereka untuk menemani kita belanja dan berkeliling bazaar. Tapi nanti pas sudah selesai kita beri mereka uang tip. Nggak mahal kok…rata-rata kalau sejam kita bisa beri mereka Rs. 100 (Rp. 10.000). Kalau saya kebetulan punya anak “Shahbaz” yang masih berusia 2 tahun, terkadang dari pada cape menggendong, troli yang saya pesan saya gunakan juga untuk tempat duduk anak saya. Dengan begini, saya bisa bisa lebih rileks berkeliling hunting barang-barang murah, karena anak saya yang duduk di troli terlihat Happy sambil memegang botol susunya
_____________________________________________________________

How's it?

Seru kan...???!

Dan sebenarnya di Islamabad tidak hanya ada di G-9 saja bazaar ini. Ada juga di G-6 dekat Aabpara, di G-11, di I-9, dan lain-lain. Hanya saja memang nggak seseru yang di G-9. Dan di Pakistan tidak hanya terdapat di Islamabad, tapi di seluruh kota... Whedhewww... Yah sebenarnya ini sama seperti Pasar Minggu Pagi di Cireundeu - Ciputat, atau di Parkir Timur Senayan, atau kalau di kampusku ya di sepanjang jalanan Kampus Dalam IPB Bogor dan juga di Kampus STT Telkom Bandung. Bedanya adalah, karena tempatnya fixed, tidak berpindah-pindah, dan disediakan oleh pemerintah serta penyusunan stall yang rapi dan teratur.

Buat kami sekeluarga sebenarnya bukan hobi untuk main-main ke bazaar. Berhubung kocek terbatas dan kebutuhan yang cukup (which is obvious... :P), sehingga kami nggak sering-sering pergi ke sini. Tapi secara umum, bazaar adalah tempat belanja dengan harga rasional yang cukup nyaman.


Islamabad, 29 Maret 2013
Ahyani Billah
(courtesy tulisan Etwar Bazaar yang dicetak miring adalah milik pak Muladi Mughni)

Comments

Post a Comment