Kecewa dan kesal merupakan salah satu warna dari amarah. Dan amarah atau marah merupakan ungkapan emosional yang manusiawi.
Summer di Islamabad dan situasi serta kondisi tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan. Dan rasa marah bisa muncul kapan saja. Suhu di siang hari yang bisa mencapai 46 derajat celcius ditambah teriknya matahari sangat maknyus di kepala dan sekujur badan. Hasil dari berjalan-jalan di siang hari bolong summer adalah cenat cenut di kepala (bukan di hati) dan keringat yang membasahi pakaian. Benar-benar maknyus sangat...
Nah bagaimana rasanya kecewa, kesal, marah di suasana summer ini? Wuidiiiiih... luar biasa pokoknya... tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Setiap kesal, aku selalu teringat hadits-hadits Rasulullah SAW tentang marah. Tidak sedikit hadits Rasulullah SAW yang menyatakan tentang marah ini menandakan bahwa marah itu hal yang wajar dan bisa menimpa siapa saja termasuk orang-orang sholih. Penyikapannyalah yang membedakan orang-orang sholih ini dengan orang-orang biasa.
Mari kita tengok beberapa hadits Rasulullah SAW:
1. Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (HR. Bukhari)
2. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba'i , bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih bidadari mana yang mereka mau. (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
4. Al Imam Abu Dawud rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna dari shahabat Nabi, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan. (HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)
Dan banyak hadits lainnya. Hal ini menyuratkan bahwa menahan amarah sangatlah penting. Bayangkan saja jika yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu amarah yang terluapkan. Beberapa kasus di kehidupan nyata yang telah kualami adalah amarah yang terluapkan secara membabi buta diwarnai dengan nafsu cenderung merusak. Ada bentuk marah yang terluapkan melalui lisan yang tidak jarang melukai hati orang yang dimarahi. Padahal kita tahu bahwa lisan ini ibarat paku dan hati ibarat pagar kayu. Ketika kita meluapkan ungkapan di lisan yang tidak berkenan di hati orang lain, kita ibarat menancapkan paku pada pagar kayu, yang walaupun kita minta maaf dan paku sudah tercabut dari pagar kayu, lubang pakunya akan tetap ada dan tidak akan hilang. Astaghfirullah...
Bentuk marah lain yang terluapkan adalah bentuk marah secara fisik, bisa berupa pukulan, lemparan barang, tendangan, atau apapun yang dilakukan secara fisik, nah bentuk yang ini juga merusak. Sudah berapa kaca yang pecah di depan mataku ketika amarah terluapkan, dan sudah berapa benda hancur di depan mataku melalui bentuk ini.
Lainnya yang agak positif mungkin dengan meluapkannya melalui tulisan yang membangun atau menulis diary, atau lainnya. Berbeda untuk setiap orang.
Seorang dari shahabat Nabi Shalallahu alaihi wasallam berkata : Aku berkata : Ya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi pemarah. Maka berkata seseorang : maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan. (HR. Imam Ahmad)
Di antara cara yang dianjurkan Rasulullah untuk meredam amarah adalah:
1. Membaca Ta'awudz
Dari Sulaiman bin Surod Radliyallahu 'anhu : 'Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan kami sedang duduk di samping Nabi Shalallahu alaihi wasallam . Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan : 'Audzubillahi minasy Syaithani rrajiim. Maka mereka berkata kepada yang marah tadi : Tidakkah kalian dengar apa yang disabdakan nabi? Dia menjawab : Aku ini bukan orang gila.' (HR. Bukhari-Muslim)
2. Dari berdiri ke duduk ke berbaring
Dari Abu Dzar Radliyallahu 'anhu bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda :'Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.' (HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud)
3. Diam
'Apabila diantara kalian marah maka diamlah.' Beliau ucapkan tiga kali. (HR. Ahmad)
4. Berwudhu
'Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudhulah.' (HR. Ahmad dan yang lainnya dengan sanad hasan)
Dalam Al Quran Allah berfirman:
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Kalau dikaitkan dengan summer yang menyengat ini dan berjalan-jalan yaang maknyus di bawah matahari pada siang bolong, itu adalah apa yang aku alami. Perjalanan dari kampus ke rumah adalah dengan berjalan kali sekitar 20 menit. Nah, sebuah kalimat pernah meluncur dari mulut seseorang yang selalu aku ingat yaitu, 'biarkan amarah berserakan di jalan'. Hal ini yang kemudian menyebabkan jika ada kekecewaan yang muncul ketika di kampus, maka aku berupaya tidak membawanya ke rumah dengan membiarkannya berserakan di jalan. Yah, ini agak di luar dari sunnah... :P Bisalah diikutkan pada poin 3 yaitu menahan amarah dengan diam dan cenderung jadi memuhasabah diri dan bisa juga diwarnai dengan dzikir..
Well, selamat menahan amarah.. :D Be better person..
Ahyani Billah
Islamabad, Juli 2012 (disempurnakan pada Nopember 2012)
Maraji':
http://ahmedridho.com/post-keutamaan-menahan-marah.html
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/atasi-marahmu-gapai-ridho-rabbmu.html
Comments
Post a Comment